Dahulu, aku pernah berharap seseorang
yang memiliki tulang rusukku adalah orang yang rupawan, romantis, datang
padaku dengan menyanyikan lagu-lagu cinta nan syahdu diiringi rintik
gitar dan derai hujan yang bergerimis..Dahulu, aku pernah berharap
seseorang itu tersenyum manis padaku sambil memintaku menjadi
pendampingnya. Dahulu, aku hanya berharap sesuatu yang indah. Kemudian…
Kemudian aku tersadar, bukan itu yang
harus kujadikan cerminan. Harapanku berubah perlahan. Aku berharap
engkau yang tulang rusuknya dipilih Allah untuk menciptakanku adalah
seorang yang teguh agamanya, baik budinya, penyayang,
lemah lembut tetapi tegar dan gagah, pandai mengambil keputusan,
menerimaku apa adanya, juga seorang pemimpin yang bijaksana. Terlalu
sempurnakah? Aku berharap dia dengan kegagahannya datang pada orang
tuaku dan memintaku untuk menjadi pendampingnya. Kemudian kita mengarungi kehidupan dengan saling
mendukung. Tak perlu menyanyikan lagu indah untukku, tetapi
mempersembahkan ayat-ayat Allah untuk menjadi pegangan hidupku. Cintanya
romantis, seromantis cinta Nabi dan Aisyah. Cintanya sejati, sesejati
cinta Nabi pada Khadijah. Subhanallah, betapa indahnya.
Sekarang, aku justru tak berani banyak
berharap, karena diriku yang menjadi cerminanku. Bukankah Allah sudah
berjanji, lelaki baik untuk wanita baik, begitu juga sebaliknya, sesuai
dengan kalam-Nya pada surat An-Nuur ayat 26. Pantaskah aku berharap
besar? Siapa diri ini? Aku hanya seorang wanita, bahkan untuk disebut
wanita biasa saja rasanya masih dibawah itu. Aku bahkan malu berharap
sebesar itu. T-T
Aku teringat Mario Teguh
pernah berkata, jika kamu menginginkan seorang pendamping yang istimewa,
maka pantaskanlah dulu dirimu untuk menjadi pribadi yang istimewa. Ya
Allah, tuntunlah akhlakku, lindungi imanku, kuatkanlah hatiku, agar aku
tidak mengecewakan seseorang yang Kau pilihkan untukku.
Wahai seseorang yang namanya sudah
tertulis untukku, aku taktahu siapa engkau, aku tak tahu kapan engkau
datang, mungkin esok, sekarang, atau kita sudah dipertemukan di masa
yang lalu. Aku bahkan taktahu jika seseorang yang kutemui beberapa waktu
lalu adalah dirimu, sang pemilik tulang rusuk itu. Aku juga taktahu
jika seseorang itu adalah engkau yang begitu dekat atau jauh. Aku
takmengerti. Tapi siapapun dan kapanpun engkau datang, izinkanlah
sekarang aku minta maaf. Semoga Allah menyampaikan melalui anginnya yang
Dia hembuskan. Aku minta maaf jika aku hanya begini. Aku bukan pribadi
yang istimewa tapi insyaAllah selalu mencoba untuk menjadi pribadi yang
istimewa.
Kudoakan engkau menjadi pribadi yang
dilindungi Allah, sehingga imanmu semakin bertambah. Kudoakan engkau
selalu dijaga kesalehanmu. Kudoakan engkau teguh dalam jalanmu.
Aku mengerti Allah akan mempertemukan kita ketika keadaan kita sama-sama siap, insyaAllah.